Rabu, 15 September 2010

watashitachi no tokei~ (fic keroyokan) chap 8

title : watashitachi no tokei~

author chap 8 : Namika Chikamatsu a.k.a Nakamura Tsubaki a.k.a Camui istri Kamijo yang paling gak setia! camui istri Ruki yang lumayan setia! camui istri JURI yang PALING SETIA!!!! a.k.a gue!

chap : 8 / ??

genre : tergantung authornya (tentukan sendiri)

rating : 2- (baca:2 hari kurang)

disclaimer : JURI punya Gue! AOI MILIK YUTA ! sisanya cuci piring di rumah gue!


~HAK CIPTA DILINDUNGI TUHAN YME~


A/N : ~~
Gue yang kedelapan, maap yak baru dipost, hehehe, maklum deh author chap 8nya kan wong sibuk *dikeroyok author yg laen*
ini mungkin akan jadi chappie teraneh dari chappie2 lainnya setelah chappie 3..
Tapi saya harap kalian menikmatinya~

saa~

douzo mina-san~



***



Ketika ia berdentang sebanyak empat kali, kemudian disusul dentangan kelima maka percayalah.. siapa pun yang mendengar dentangan kelima hidupnya takkan menyenangkan. Kecuali…

***


flashback:

"huaaa, bodoh tenan, aku" rena mengutuki dirinya sendiri. ia masih tidak percaya terhadap apa yang ia perbuat kepada keempat temannya itu.

"aku harus segera meminta maaf kepada yang lain" rena mengeluarkan ponsel dari kantung tasnya tapi ia mengurungkan niatnya

"...inaru..."

"rena...sedang apa kau ?" tanya inaru, wajahnya pucat

"inaru-kun, siapa dia ?" terdengar suara seorang gadis dan ia muncul dari belakang tubuh inaru

'dia kan perempuan yang waktu itu' batin rena



= = =


rena's POV


"....."

"apa yang kau lakukan di sini, rena?" inaru mengulangi pertanyaannya

"aku... apa yang aku lakukan?" pandanganku perlahan memudar. semua terasa berputar di sekelilingku.

"rena?"

"ya...." tiba tiba semuanya gelap.



= = =



author's POV


inaru dan gadis yang sedang bersamanya membawa rena ke UGD, kemudian keempat teman rena menyusul ke rumah sakit karena inaru menelpon mereka dan memberi kabar tentang keadaan rena.

"apa yang terjadi dengan rena, inaru?" camui langsung bertanya ketika ia dan teman-temannya sampai di rumah sakit.

"ia pingsan.."

"kok bisa??" hazu menyela.

"tadi..."

"apa yang kau lakukan padanya, inaru?!" tuntut hazu.

"aku... tadi..." inaru terdiam.

"apa?!!!"

"tadi ia bertemu denganku ketika aku bersama Z."

"ya Tuhan, kau tahu apa yang sudah kau lakukan, inaru?" hazu tak kuasa menahan emosinya, ketika itu juga ia menjadi amat marah dengan perbuatan inaru.

"iya, aku tahu, maafkan aku." inaru tertunduk.

"bodoh! tak ada gunanya kau minta maaf padaku!! orang yang seharusnya kini kau mintai maaf sedang berada dalam ruang UGD, dan kau tahu siapa yang menyebabkan ia masuk ke ruangan itu??! KAU!!!!" amarah hazu semakin bangkit.

"hazu, hazu, sabar." yuta menarik lengan hazu yang bebas.

"iya aku tahu itu. aku menyesal." ucap inaru dengan nada suara yang penuh dengan rasa penyesalan.

"menyesal juga tak ada artinya saat ini, semuanya sudah berlalu, saat ini yang aku ingin tahu darimu adalah keputusanmu!!" hazu kembali berbicara.

"keputusan apa???" inaru bingung.

"aku selalu bertanya-tanya, bagaimana perasaanmu yang sebenarnya terhadap rena?"

"....."

"bagaimana?"

"entahlah.."

"apa? jadi benar kalau sebenarnya..."


"tidak, tidak. bukan begitu. aku menyayangi rena, tapi.."

"tapi apa? tapi hanya sebatas status saja?"

"begitulah..."

"haaa~ sudah kuduga..."

"maafkan aku..."

PLAK!

seketika tangan hazu yang sedang bebas melayang indah di pipi inaru. camui dan yuta menarik hazu menjauh dari inaru.

"kau tahu seberapa cintanya rena padamu?!"

"apa? jadi maksudmu ia benar-benar mencintaiku?"

"hei manusia bodoh!! apa yang kau pikirkan, hah?... rena benar-benar mencintaimu! kau tahu itu? tapi apa yang kau perbuat? kau malah menghianatinya di belakang!!! sekarang kau lihat apa hasil dari perbuatanmu itu?!"

"tapi ku pikir ia pacaran denganku hanya karena jam tua itu!"

"ya Tuhaaaann, semoga kau sadar, inaru!" hazu berbalik dan meninggalkan inaru, camui, yuta dan arisa mengikutinya dari belakang.

"hei, tunggu!!" inaru berusaha mengikuti langkah hazu dan teman-temannya, tetapi mereka tidak berpaling sama sekali dan akhirnya menghilang dari pandangan inaru.


= = =


"apa-apaan sih pria itu?! sampai saat ini aku takkan mengampuninya!!" hazu tak berhenti bergumam sejak tadi, kini ia bersama teman2nya menunggu di kantin rummah sakit karena enggan bertemu dngan Inaru di ruang tunggu.

"sudahlah Hazu, marah seperti itu tak ada gunanya, sekarang lebih baik kita melihat keadaan Rena." ucap Arisa yang sedari tadi tak melepaskan tangannya dari pundak Hazu.

"PERSETAN DENGAN SEMUANYA!!! Legenda itu!!! Legenda itu pembawa masalah! Mulai sekarang tak ada lagi alasan bagiku untuk mempercayai legenda jam rongsokan itu!" hazu bangkit dari duduknya

"hazu? ada apa?" arisa bertanya bingung

"Kalian lihat kan? Inaru tdak benar-benarmencintai rena, ia berpacaran dengan rena hanya karena mendengar jam tua itu!"

"....." mereka bertiga-yuta,arisa,camui- terdiam mendengar perkataan hazu barusan

"Camui! apa kau yakin Kamijo benar-benar mencintaimu?! apa kau tidak pernah berpikir bahwa ia hanya terpaksa melakukan semuanya untukmu?!" kata-kata hazu benar-benar menghujam perasaan camui dan teman-temannya

tess... sebening air dari pelupuk camui kini telah membasahi pipinya.

"ke-kenapa hazu? kenapa kau berkata seperti itu?" camui bingung, suaranya bergetar

"kenapa?! aku sudah muak dengan semua ini, camui! bagaimana dengan ruki, hah?!" hazu tak kuasa menahan emosinya

"hazu, sudahlah.." arisa kembali mencoba menenangkan hazu, yuta, kini ia hanya bisa termenung dengan semua perkataan hazu

"ruki?" camui bergumam pelan


= = =


"rena, bagaimana keadaanmu kawan?" tanya arisa ketika ia dan teman-temannya sudah berada di ruangan tempat rena dirawat. rena sudah sadar dari lelapnya.

"hmm... kurasa aku baik baik saja, hanya saja kepalaku sedikit sakit." rena memegangi kepalanya "hhh... apakah inaru-senpai ada di sini?" tanyanya kemudian

"jangan sesekali kau menyebutkan namanya-lagi-, rena." hazu bergumam cukup lantang tanpa melihat ke arah rena, ia sedang duduk di sofa bersama yuta dan camui

"loh? ada apa denganmu, hazu? apa kau ada masalah dengan inaru?" tanya rena bingung

"apa kau lupa apa yang menyebabkan kini kau terbaring di kasur itu, rena?"

"ah, itu..."

"bagaimana?"

"ya, aku ingat."

"lalu?"

"tadi inaru sempat berbicara ketika ia mengira aku tertidur, tapi aku tidak sepenuhnya tidur, aku mendengarnya."

"benarkah? apa yang ia katakan?" tanya arisa kemudian

"ia bilang, ia sangat ingin aku memaafkannya, ia bilang, ia sangat bersalah telah membuatku seperti ini dan ia ingin kami memulai semuanya dari awal." setetes air mata membasahi pipi rena "aku benar-benar menyayanginya, teman-teman. aku selalu memaafkannya, kuharap kalian juga bisa memaafkannya ya."

"hufft... entahlah, mungkin aku bisa memaafkannya, tapi tetap saja, aku tidak akan pernah percaya lagi dengan legenda itu." ucap hazu, kini nada suaranya melembut


rena dan arisa tersenyum puas mendengar perkataan hazu.
"ah iya, yuta..." rana teringat akan sesuatu yang belum sempat ia lakukan

yuta yang sedari terdiam dengan ponselnya kini mengangkat kepalanya menatap rena. "ya?"

"aku ingin minta maaf padamu tentang yang kemarin."

yuta bangkit dan menghampiri rena ke tempat tidurnya, "rena, aku sama sekali tidak marah atau tersinggung padamu kok. justru sebaliknya, berkat kau kini aku tahu apa yang harus aku lakukan." yuta menggenggam punggung tangan rena dan tersenyum lembut pada rena

"baiklah.. tapi.."

"tapi apa?"

"jangan tersenyum mesum seperti itu padaku, aku takut."

"hee?? fufu~" mereka tertawa-garing.

"hmm... camui daritadi diam saja. ada apa?" rena kembali bertanya

"dia, sudah biarkan saja... sepertinya penyakit moodynya sedang kambuh." arisa menimpali pertanyaan rena tadi

"itu salahku." hazu menyela

"apa?" rena bingung dengan apa yang terjadi dengan teman-temannya selama ia terbaring di kasur rumah sakit itu.

"aku tidak apa-apa kok. hazu kau tidak salah." tiba-tiba camui bersuara

"??"


= = =


arisa's POV


'haaaah~ padahal aku ingin sekali mendengarnya bersamamu'

lagi lagi kata-kata uruha terngiang di telingaku, sebenarnya apakah ia benar-benar serius dengan kata-katanya itu?
apakah ia menyukai ku?

kalau begitu mengapa harus menunggu sampai mendengar dentangan itu?
aaarkhh berbagai macam pertanyaan muncul di otakku

"hei! ini masih pagi. lagi lagi kau melamun sendiri." suara teru yang khas menyadarkan lamunanku

"hei, teru*^^*."

"apakah aku mengganggumu?"

"kurasa iya..."

"baiklah kalau begitu aku akan tetap mengganggumu." teru menyenggol tubuhku dengan sikutnya

"dasar keras kepala..." aku tertawa kecil padanya

"hehe... apakah aku boleh tahu apa yang ada di dalam sini?" teru menyentih kepalaku dengan ujung jari telunjuknya

"hmm.. ada bayarannya."

"baiklah, apa itu?"

"kau harus mentraktirku satu cup ice cream coklat."

tanpa aba aba dan berkata-kata dengan sigap tangan teru menggenggam pergelangan tanganku dan menarikku ke arah kantin.

"hei, kau benar-benar ingin mentraktirku?" tanyaku bingung

"tentu saja untuk semua isi pikiranmu itu." ucapan pria imut itu tak kuasa membuatku ingin tersenyum semakin lebar karenanya.



"silahkan duduk tuan putri arisa." teru menarikkan salah satu kursi meja kantin untuk tempatku duduk. ia melakukannya layaknya seorang pelayan-pelayan di restoran mewah, hanya saja kali ini di depan mataku ialah seorang 'pangeran' yang melakukannnya.
aku hanya bisa tersenyum simpul dan menuruti perintahnya untuk duduk. (XDDD bayangkan arisa seperti inu yang diperintahkan majikannya untuk 'sit', hanya saja kali ini tidak menjulurkan lidahnya layaknya seonggok inu XDD *author dihajar arisa*)

sesaat teru pergi memesan ice cream dan kembali, "ini ice cream coklatnya tuan putri.." Ya Tuhaaaan, apa ada makhluk lain yang lebih imut daripada makhlu yang saat ini ada di hadapanku?

aku merasa sama sekali tidak nyaman ketika melahap ice cream ku

bagaimana mungkin kau bisa merasa nyaman ketika seorang 'pangeran' yang bisa dikatakan sempurna memperhatikanmu lekat-lekat ketika kau makan? hufft..

PLAK!

tanganku dengan sengaja memukil wajah teru yang amat mengganggu itu dengan sengaja.

"ada apa?" tanya teru bingung

"bagaiman mungkin aku bisa menghabisi ice cream ku kalau kau terus menerus melihatku seperti itu?!" aku merasakan wajahku memanas

"hihihi, kau lucu, arisa."

"apa?!"

"kau ini seperti anak kecil saja ya, masa makan ice cream sampai belepotan seperti itu." teru dengan gemulai mengambil tissue di depan kami dan mengusapkannya lembut ke bibirku.

DEG!

DEG!

apa yang kau lakukan teru? bagaimana kalau ada yang melihat kita?

"ah, biar aku sendiri yang mengelapnya." aku mengambil tissue di tangan teru dan segera mungkin memmbersihkan ice cream yang belepotan di sekita bibirku. lagi-lagi wajahku makin terasa memanas. aku bergegas berdiri dari kursiku

"mau kemana?" teru bertanya heran

"aku ingin ke kelas, teman-temanku menungguku."

"tapi kau belum cerita apapun padaku."

ah mungkin lain kali ya teru. maafkan aku. oiya nih." aku menyerahkan uang 1000 yen-yang saat itu memang hanya segitu uang yang ada di kantong seragamku-kepada teru, kemudian aku meninggalkannya dari kantin

Ya Tuhaaaan... tolong aku, apa yang terjadi padaku sih?

huft...


BRUKK!!


"aaawww.."

"arisa."

"ah, kau.."

"sepertinya kau harus belajar melihat orang lain di sekitarmu ketika berjalan."

"ehehe... eto~ gomen..." aku menggaruk kepalaku yang memang gatal

"sudahlah, kau tidak apa-apa?" dengan lembut tangan halus itu menyentuh pipiku.

DEG!

"a-aku... aku baik-baik saja... terimakasih..." wajah cantik itu semakin dalam menatapku

"kau yakin?" ia tersenyum ramah, senyuman terindah yang pernah kulihat

"tentu saja... uruha..."



= = =



camui's POV


"rena, apa tidak sebaiknya kau istiahat dulu di rumah?" aku bertanya pada temanku yang super lebay itu

"woleees, aku sudah tak apa kok camui." rena nyengir gaje

"baiklah... oiya, apa kau melihat arisa dan yang lainnya?"

"hari ini belum."

"Ohayou minna-san." hazu dan yuta baru saja datang

"ohayou.." aku dan rena serempak

"ada yang lihat arisa?" hazu bertanya

"tasnya sih ada tuh, tapi orangnya gatau kemana..." rena menunjuk bangku yang biasa diduduki arisa

"hmm..."

"ada apa hazu?"

"tidak, aku hanya ingin menyampaikan pesan dari y-sensei untuk arisa tentang kepengurusan kepanitiaan festival olahraga yang baru."

"oohh..."

"camui, maafkan aku ya. kemarin aku sedang emosi."

"tak apa hazu." aku tersenyum simpul padanya. "yuta, bagaimana dengan masalahmu?"

"huft, hari ini aku akan menemui aoi, aku akan memutuskan hubunganku dengannya."

"jadi, kau memilih kai?" tanya rena kemudian

"tidak juga."

"lalu?" tanyaku

"aku tidak akan memilih satupun diantara mereka."

"tapi, kau kan menyukai kai?" rena kembali bertanya

"ya, memang, tapi aku harus menghargai usaha aoi selama ini."

"jadi?"

"aku ingin membiarkan mereka yang memutuskannya."

"loh? kenapa begitu? bukankah disini seharusnya kau yang mengambil keputusan?" tanya rena tak sabar

"tidak. justru kalau seperti itu. aku takut merusak hubungan mereka. jadi lebih baik mereka yang membicarakannya, kemudian apapun keputusan mereka aku berjanji akan menerimanya."

"wah wah wah, ternyata teman kita yang satu ini bisa juga bersikap dewasa seperti itu ya. haha." gumam hazu puas

"maksudmu?" suara yuta meninggi

"aah tidak... hahaha." hazu, aku dan yang lainnya tertawa gaje melihat wajah yuta yang polos itu

"ohayou minna~" arisa baru saja memasuki kelas dengan wajah berseri-seri

"ohayou,"

"kemana saja kau arisa?" tanyaku

"hanya jalan-jalan saja, menghirup udara segar."

"lalu mengapa wajahmu seperti itu?"

"memangnya kenapa dengan wajahku? bukankah selalu seperti ini?"

"== dasar.."

"oiya, arisa.." hazu menghampiri arisa



= = =



aku memperhatikan satu persatu bunga mawar merah yang ada di depanku

"hei bunga, kalau kau ditakdirkan dengan air, kemudian kenyataannya air itu tidak menyukaimu, apakah kau akan meninggalkannya? bukankah tanpa air kau tidak bisa hidup, bunga?" aku sadar dengan bodohnya aku bertanya pada bunga-bunga bisu yang ada di depanku saat ini. "haahh... bodohnya aku."

"siapa yang bodoh, camui?"

"hah? bunga itu berbicara padaku?" aku tersentak kaget seketika mendengar suara yang sebenarnya tak asing namun membingungkan buatku.

"bukan dia, tapi aku, sayang." aku menoleh dan melihat wajah seorang pangeran yang sangat tampan dan indah dengan tubuh tingginya sedang menghampiriku, entah mengapa aku yakin ia sudah cukup lama berada di sana.

"ah kau, kamijo..." aku lega ternyata bunga-bunga itu tidak benar-benar hidup

"apa yang kau lakukan di sini?" dengan segera kamijo berdiri tepat di belakang kursi tempatku duduk dan merangkul bahuku lembut dengan kedua tangannya.

"hanya ingin menikmati kaindahan mawar-mawar itu." aku melihat menerawang ke arah mawar-mawar itu." walaupun aku tahu mereka tidak lebih indah darimu."

"hehe." aku merasakan jari-jari kamijo mencubit pipiku lembut.

"kau tahu, mawar-mawar itu medengarmu kok."

"maksudnya?"

"ya, mereka tidak bisu seperti yang kau kira."

"benarkah?"

"ya, tentu saja."

"kalau begitu, menurutmu apakah mawar-mawar itu akan menjawab pertanyaanku?"

"tentu saja"

"hmmm... kalau begitu jawablah... kamijo..." aku menengadahkan kepalaku untuk melihat wajahnya. ia seperti tersenyum geli mendengar kata-kataku.

"apakah kau berpikir aku tidak menyukaimu, camui?"

"hanya ketakutan bodohku."

"aku menjadi kekasihmu bukan karena jam tua itu kok. tapi karena aku benar-benar menyukaimu, kau percaya padaku?"

"benarkah itu kamijo?"

"tentu saja."

"hmm... boleh aku bertanya satu hal lagi?"

"katakanlah..."

"sebelumnya maafkan aku menanyakan hal ini." aku berhenti sesaat. "apakah kau tahu tentang.."

"ya?"


"Ruki?"




= = =



yuta's POV



maafkan aku, aoi...


aku hanya ingin yang terbaik untuk semuanya. kau, aku dan kai...


kau tahu? semenjak hari itu,


aku mulai menyukaimu....




aoi...




kai....




= = =



"kau yakin ingin memutuskan hubunganmu dengannya?" suara rena menggelegar di dalam kelas yang sekarang hanya diisi olehku dia, arisa dan hazu

"iya."

"apakah tidak sebaiknya kau memikirkannya lebih jauh lagi? aku tidak bisa membayangkan wajahnya yang nggak banget itu makin nggak banget setelah kau memutuskan hubunganmu dengannya."

"hahaha. kau jangan begitu rena, kurasa wajahnya cukup imut ketika sedang menggoda yuta." celetuk arisa asal

"diam kau arisa." aku memukul kepala arisa dengan kipas yang ada di tanganku saat itu

"aw." arisa menggaruk-garuk kepalanya yang cukup sakit(apadeh pala sakit digaruk?!)

"hahaha. iya juga ya, aoi terlihat cukup 'imut' ketika sedang menggoda yuta." susul rena

"REENAAAAAA....!!!!!!!!!!"

"wow.. taakuuut.. hahahahaha." rena terpingkal melihat wajahku yang aku yakin sangat menyenangkan baginya. anak itu, senang sekali melihatku dinistai

"grrrr...."

"dasar kalian ini... yuta, kau serius dengan keputusanmu?" hazu-seperti biasa- bertanya tapi...melamun.

"tentu saja. berapa kali harus kuulang sih?"

"baiklah, kuharap itu yang terbaik."

"oia, rasanya daritadi aku tidak melihat camui. mana dia?" tanya hazu ketika menyadari salah satu teman kita tidak sedang bersama kita

"hmm... tadi aku dengar dia mau ke taman mawar katanya." sahut arisa

"oohh... kuharap iya tidak bermasalah dengan kamijo karena kata-kataku kemarin." ucap hazu

"yaa kuharap juga begitu." arisa menimpali

"hei hei hei, kalian tahu? aku dengar dari anak-anak lain, kemarin jam tua itu dibuang oleh penjaga sekolah loh..." tiba-tiba rena kembali membuka mulut

"APA???!" aku, arisa dan hazu serempak

"heei tenaang, tapi ceritanya bukan di situ."

"lalu?"

"katanya, ketika jam tua itu dibuang malam itu, keesokan paginya seseorang mendengar jam tua itu berdentang lagi di atas sana." rena menunjuk-nunjuk ke arah menara di mana jam itu diletakkan selama beratus-ratus tahun, entahlah tapi sepertinya bulu kudukku kurasakan berdiri mendengar ucapan bocah itu. aku curiga anak itu hanya bergurau

"jangan bercanda kau rena!" tuduhku

"iya. jangan bercanda kau." bela hazu

"aku tidak bercanda! entah aku yang salah dengar atau anak-anak itu yang bergurau."

"memang kau mendengar cerita itu dari mana?" tanya arisa

"dari anak-anak kelas B, katanya salah satu dari mereka rumahnya ada yang dekat sini dan penjaga sekolah itu adalah tetangganya."

"wew, entah mengapa aku merasa ada yang aneh dengan jam tua itu. dari dulu." tanggap arisa

"sudahlah, kalian terlalu berlebihan. itu hanyalah sebuah jam kalian tahu." hazu tetap menunjukkan ketidak percayaannya terhadap jam tua itu. menurutnya jam tua itu tetap aneh, dan tidak punya kekuatan lain selain dentangan 'bodoh'nya yang mengganggu itu

"ya, tapi..." rena menerawang

"sudah, hazu benar. itu hanyalah sebuah jam." tanggap arisa

"ya, jam tua sialan yang dengan dentangan-dentangannya telah berhasil merasuki pikiran-pikiran labil anak-anak bodoh yang mau saja percaya dengan kisah-kisah tololnya." ucapku, kurasa aku mulai sedikit kesal

"hei, kau jangan begitu yuta. aku, arisa dan camui kan juga sempat percaya dengan cerita-ceritanya sebelum akhirnya terjadi insiden masuk rumah sakit yang hanya karena pingsan itu." balas rena dengan nada suara memelas

"ya ya ya, terserahmu lah." ucapku tak perduli



Zreekk...(suara pintu digeser)
aku tidak menoleh, merasa yakin kalau yang menggeser pintunya adalah camui.

"wah, ternyata kalian di sini. aku mencari kalian seharian dan ternyata kalian masih di sini." ya tuhan, aku salah. dari suaranya, dia laki-laki.

"hahaha. bilang saja kau mencari yuta kan aoi?" suara rena membuatku menoleh, lelaki bodoh itu lagi-lagi mengganggu suasana nyamanku bersama teman-temanku

"yaa, begitulah sebenarnya. hai yuta." kini ia telah berada dalam ruangan bersama kami, aku memutuskan untuk bangkit dan mengajaknya menjauh dari teman-temanku

"aoi, aku ingin bicara denganmu."




= = =




hazu's POV



"wahh anak itu benar-benar serius rupanya." ucapku setelah pasangan bodoh itu sudak tak lagi bersama kami

"aku penasaran kira-kira apa yang akan terjadi ya setelah ini?" rena membayangkan sesuatu yang aku yakin aku juga bisa membayangkannya, begitupun arisa dan teman kami yang lainnya

"entahlah, kuharap bukan adegan cheerleader lagi." arisa menanggapi dengan cengar-cengir gaje menghiasi bibirnya

"kurasa yang bukan kau harapkan itulah yang kau inginkan. bukan begitu arisa?" rena kini asik dengan bayang-bayang bodohnya tentang yang akan terjadi pada aoi maupun yuta

"haha, betul sekali." arisa tertawa kecil ikut-ikutan membayangkan

"yee, bayangan kita ini belum tentu akan terjadi. malah menurutku kecil kemungkinan aoi akan tetap bodoh setelah yuta memutuskan hubungan dengannya, entah ia bisa jadi membunuh orang atau mendekam di rumah sakit jiwa." aku mengomentari seadanya, asik menerawang keluar jendela

"begitu ya... hmm... entahlah... tapi kurasa aoi bodoh itu..." arisa tidak melanjutkan kata-katanya

"kenapa?"

"kurang meyakinkan saja."

"tapi entah kenapa aku rasanya setuju dengan pendapat hazu, belum tentu kan aoi akan santai-sanatai saja dengan yuta memutuskannya, apalagi yang kutahu aoi itu benar-benar menyukai yuta." rena berpendapat seolah ia sangat mengenali aoi, ckck

"hmm..."


"oia, hazu, bagaimana hubunganmu dengan reita?" arisa tiba-tiba bertanya, pertanyaan yang dari awal aku harapkan takkan ada satupun yang menanyakannya

"iya, bagaimana hubunganmu dengannya, hazu?" rena tak kalah terdengar penasaran

"aku jamin kalian takkan ingin mengetahuinya." aku mencoba terdengar tak perduli

"ayolah..." rengek arisa

"huft, tak ada yang spesial arisa, percayalah. aku belum bertemu dengannya lagi har..."

Zreeekk...

Ya! orang yang sedang kami bicarakan datang!

"hai kawan-kawan.." ia melambai ke arah arisa dan rena, "hai sayang..." dan kini ia sudah ada di hadapanku, entah seperti apa warna wajahku saat ini

"hai reita..!" arisa dan rena balas menyapa serempak

"hai.." sapaku

"sepertinya kau kurang semangat hari ini, hazu. ada apa?" wajah itu... menyebalkan.

"tidak, hanya sedikit mengantuk." jawabku seadanya, malas mencari-cari alasan yang kurasa tak perlu.

"ehem, perhatiannya..." goda rena padaku, dasar anak itu. aku masa bodoh

"aku ingin mengajakmu ke suatu tempat." perlahan kuperhatikan tangannya berusaha meraih tanganku, waduuh

"kemana?"

"sudah ikut saja." yap. kini ia berhasil menarikku hingga bangkit dari kursiku

"eh, tunggu. mau kemana?" aku berusaha melepaskan genggamannya, dan berhasil

"nanti juga kau tahu." tangan itu menarikku dan tubuhku kurasakan bergerak menjauh dari kursiku. aku mencoba menyeimbangkan langkahku ketika aku berjalan di belakangnya,

"tunggu. aku ambil tasku dulu." dengan gerakan yang cukup cepat aku mengambil tasku dengan tangannya yang masih menggenggamku, kemudian berbalik dan kembali berjalan-cukup tergesa-

sret

sret

duagh! aku merasakan kedua kakiku kini sudah tidak menyentuh tanah. yap, melayang bebas di udara. wajah di depanku itu-wajah yang aku harap ia tidak bisa melihatku saat ini- sepertinya siap menopang berat badanku. berharap semua ini hanya mimpi aku akhirnya memejamkan mataku



....



....




BRRAAKK~!!!



= = =




OWARI~
*plak*


XDDD


wkwkwk ngeselin banget ya gue? udah ngaret ngepostnya, ceritanya pendek banget, gaje, ganyambung, aneh lagi... ffufufu~


GOMEN NASAI MINASAN atas keanehan author XD

komennya saya tunggu ya...

kritik sepedes2nya!!!! pedes kayak mulutnya MINO! wwkwkwkw


yaaaa inilah dia, lanjutan fic yang gak niat.. XDDDD




sankyuu yang udah mau baca... hehehe

Tidak ada komentar:

Posting Komentar