title : watashitachi no tokei~
author chap 7 : renatta yulinudya (yang suka menistai mimin a.k.a yuyut) to tomodachi. (keroyokan)
chap : 7 / ??
genre : aku cinta ion jujurlah padakuuu (?)
disclaimer : sumpe capek deh gue ngisi hal geje kayak gini pokoknya semua milik ALLAH SWT
pairing : yang pasti gue sama ion !
A/N : akhirnya keluar juga yang ke 7 atas paksaan dan desakan pihak-pihak yang gak bertanggung jawab. kalo ngaco ceritanya traktir gue nasi ayam (yang ada) tompel(nya) !
mereka semua pada gak ngerti maksud komikus yang kehilangan ide ya, gerrr
douzo...
***
yuta berlarian di sepanjang koridor. ia mencari hazu yang tadi meninggalkannya bersama kai. begitu banyak hal yang ingin ia ceritakan, tidak hanya pada hazu tapi juga pada semua sahabatnya itu. yuta masih tidak percaya pada apa yang tadi ia lakukan.
"hazu..."
"yu-yuta ?" muka hazu memerah (susu sapi) karena yuta melihatnya sedang berpelukan dengen reita. hazu pun bingung karena ia melihat tampang yuta yang kusut
"hazu...hazu...hazu..." tiba-tiba saja air mata yuta tumpah ruah, ia sudah tak kuasa lagi menahan sedihnya dari tadi
"eh-loh kenapa ?" hazu semakin dibuat bingung oleh sahabatnya yang satu itu. walaupun tidak mengerti apa yang terjadi hazu memeluk yuta dengan hangat "maaf reita, bisa tinggalkan kami ?"
reita menurut dan ia pun hilang dari pandangan yuta dan hazu (gaib kah ?)
"ayo, kalau mau cerita mari ke rumahku. aku akan memberitahu yang lain" ajak hazu
"eh tapi, kita harus bantu-bantu untuk festival olahraga kan ?" tolak yuta
"bolos sehari gak ngapa, kan ? lagian tampangmu jelek begitu loh. bisa malu aku kalo ke kelas bersamamu"
rena's POV
semilir angin musim semi menyibak rambutku lembut
"haaaah~" ternyata benar kata camui, akhir-akhir ini aku suka menghela napas, batinku.
PLAAK~
seseorang menimpukku dengan sebuah bunga yang terbuat dari kertas krep
"aduh !" erangku. aku membalikkan tubuh dan mencari orang yang menimpukku, "chibi ?"
"hei, sudah ku bilang berkali-kali jangan panggil aku chibi !" bentak ruki. ia sangat tidak suka jika orang-orang memanggilnya chibi-biasanya hanya aku yang memanggilnya begitu.
"memang kau chibi, kan ?" ejekku
"ah, sesukamu lah gadis bodoh" ruki balik mengejekku "bengong aja. pasti bolos dari tugas panitia festival yee?"
"bah, seenaknya aje. aku cuma menikmati angin musim gugur kok, weeek" bantahku sambil menjulurkan lidah. aku terdiam sesaat..."hei, kamu juga ngapain kesini ? bolos, kan ? iya, kan ? iya, dong !" paksa ku
"emangnya aku seperti kamu" ruki balas menjulurkan lidahnya "tadi aku abis dari camui" paparnya
"oya ?" tanyaku seakan tak percaya
"kenapa semenjak kelas 3 camui menjadi dingin kepadaku ya ?"
"mana kutahu. lagian kan camui sudah punya kamijo, lebih baik kau tak perlu mendekatinya lagi. bisa terjadi salah paham nanti" jawabku asal saja. aku sedang malas membahas urusan orang lain
"bukan begitu. gak mungkin kan langsung menjauh begitu saja setelah berteman cukup lama"
ya, ruki, aku dan camui adalah teman dari smp, berbeda dengan hazu, yuta dan arisa yang baru aku temui setelah masuk smu.
tiba-tiba saja suasana hening menghampiri kami berdua. rasanya begitu damai saat semuanya terdiam tidak ada suara bising yang memekakkan telingaku
"bagaimana hubunganmu dengen inaru ?" tanya ruki tiba-tiba
"hah ?" aku hampir tersedak karena pertanyaan ruki barusan "apa maksudmu ? kami baik-baik saja" aku berusaha berbohong pada ruki, tapi aku yakin ia tau kalau aku sedang berbohong padanya
"mana ada yang baik-baik saja kalo tampang orang sepertimu"
"hah ? memang wajahku seperti apa ?" sial, pertanyaan bodoh. kenapa aku begitu senang memperlihatkan kebodohanku ?
"wajahmu seperti orang yang mau menangis" ucapan ruki sungguh menusukku
"ja-jangan sok tau kamu, chibi" kataku ketus
"hei-"
'nyan-nyan-nyan-nyan nihao nyan' ponselku tiba-tiba berdering. 1 pesan dari hazu
"maaf chibi, aku ada urusan. adios !" pesan dari hazu sangat menyelamatkanku. hampir saja aku menangis lagi dihadapannya. secepat mungkin aku berlari meninggalkan ruki
"dasar, maso" ucap ruki pelan namun masih bisa terdengar olehku. aku segera membalikkan tubuhku namun ruki sudah masuk kedalam kelas untuk membantu teman-teman yang lain mempersiapkan festival olahraga.
camui's POV
aku masih memegangi kepalaku yang tiba-tiba sakit. tidak hanya kepalaku yang membuatku bingung tapi kata-kata jahat yang sudah aku lontarkan kepada ruki. padahal aku tahu ruki orangnya sangat baik. tapi ada 1 hal tentang dirinya yang tak bisa ku ingat. kenapa ?
"camui, kau disini ?" tanya salah seorang teman sekelasku.
"kalau tidak, berarti yang disini siapa ?" kata ku malas
"ya sudahlah, sepele. oiya tadi kau dicari hazu dan yuta"
"ada apa ?" tanyaku sigap
"meneketehe"
"aho~" tiba-tiba ponselku yang di silent bergetar. 1 pesan dari hazu, 'semuanya berkumpul di rumahku. ada yang harus kita bicarakan. penting.' begitulah isi pesannya sangat singkat, padat dan tidak jelas tapi membuatku semakin penasaran. aku pun segera bangkit dari tempat duduk dan meninggalkan temanku itu
"hei camui-"
"ada apalagi ?!"
"jangan bolos dari tugas panitia lomba estafet ya" kata temanku mengingatkan
"kapan aku pernah bolos, hah ?"
"setiap ha---" belum sempat temanku menyelesaikan kalimatnya, aku lari meninggalkan dia sendiri "heii, camuii~" jeritnya. bukan urusanku sama sekali
arisa's POV
"kau mendengar itu, arisa ?" tanya uru kepadaku. ia memastikan kalau apa yang didengarnya, juga ku dengar. tapi sayangnya aku tak terlalu yakin akan hal itu
"err... wah wanda deh, ehe-ehehehehe" jawabku gugup. aaah, kenapa aku jadi gugup begini, sial.
"wanda ?" tanya uru heran
"maksudnya 'wah ndak tahu saya', ehehehe" paparku
"bahasa apa tuh ?"
"tau tuh dari temennya rena waktu kelas 1 katanya. udah jadul sih"
"oh" uru hanya mengeluarkan 1 kata namun cukup membuat jantungku berdegup kencang.
aku harap uru tidak membahas masalah dentangan tadi batinku. Tuhan, semoga ia tidak menanyakannya la---
"apa kau benar-benar tidak mendengar suara seperti dentangan jam ?" uru mengulangi pertanyaannya lagi.
celaka ! Tuhan, apa kau tadi tidak mendengar doaku ? atau mungkin doaku kalah cepat dengan pertanyaannya uru ? apa uru segitu ingin tahunya ? ah pertanyaan 5 W+1 H nih
"arisaaaa~" uru melambaikan tangannya di depan muka ku
"eh iya, kenapa ?"
"kau dari tadi melamun ya ? apa tadi kau mendengar dentangan ?" ulangnya lagi
"wah gimana yaaa~ mungkin tidak" tiba-tiba wajah uru terlihat murung "mungkin iya..."
"maksudmu ?" tanya uru heran
"entahlah aku juga tak mengerti maksudnya"
"haaaah~ padahal aku ingin sekali mendengarnya bersamamu"
HAH !
"ahahahaha, uso~" aku mencoba untuk tidak mempercayai orang ini
"emang, week" uru tersenyum jahil
DEG ! senyum uru benar-benar membuatku lemas. aku tak tahan lagi, sesaat aku melupakan teru
'pipip pipi pipip' dering ponsel power ranger *anggep aje begitu*
"wah, pesan dari hazu" aku bergumam sendiri saat membaca pesan itu
"ada apa ?" tanya uru khawatir
"entahlah tapi aku harus sekarang, jyaa mata ne" aku pun segera berlari ke rumah hazu. entah apa yang sebenernya terjadi
author's POV
semuanya pun berkumpul di rumah hazu, tepatnya kamar hazu. namun camui, arisa dan rena hanya terdiam dan memasang tampang heran.
"yuta kenapa ?" tanya arisa duluan sambil menunjuk yuta yang menangis tanpa henti dipelukan hazu, "yuta menangis tersedu karena sekarang hazu jadian dengan abang rei ?" tanya arisa ngasal tapi kalimat bisa membuat wajah hazu sangat merah padam.
"ehem" hazu berdeham "ada yang lebih penting hari hal itu, arisa" jelas hazu gugup
"lalu apa ? sekarang yuta lebih memilih hazu dari kai dan aoi ?" pertanyaan bodoh keluar dari mulut rena. mendengar kalimat itu, yuta semakin menangis mengaum seperti gajah (?)
"rena !" bentak hazu
"kenapa, yut ?" tanya camui lembut. ia membelai kepala sahabatnya itu, "kalau kau menangis terus kapan kami bisa tau apa yang terjadi ?"
yuta pun membalikkan tubuhnya, dengan mata yang bengkak dan linangan air mata yang dari tadi mengalir deras serta ingusnya yang meler (yuyut beneran tampak jelek kala itu-sebenernya udah jelek wakakak-*author kena lemparan ion*) ia mencoba menceritakan apa yang terjadi.
===
"jadi begitu" ucap camui diikuti anggukan ke tiga temannya
"tapi kau melakukan hal itu karena aku memang mencintai kai. siapa pun tak bisa menolaknya kalau dipeluk oleh orang yang dicintai kan ?" camui berusaha membela yuta
"tapi bagaimana dengan aoi ? dia bisa salah paham nanti ?" kata arisa
"yang pasti bagaimana perasaanmu terhadap aoi, yuta ?" tanya hazu kalem
"a-aku tak tahu. aku tak menyukainya...tapi aku juga tak membencinya" jawab yuta bingung
"apa kau masih mencintai kai ?" tanya rena tajam
"te-tentu saja masih. aku sangat mencintainya sekali pun kai tidak mencintaiku"
"lalu aoi ?" tanya rena lagi. nadanya semakin ketus dan tajam
"a-aku kan sudah bilang kalau aku---"
rena memotong kalimat yuta dengan cepat, "dasar plin-plan" ejek rena. ia sudah muak dengan 'love-story' yang bertele-tele itu.
mendengar ucapan rena, yuta menangis lagi kali ini dia mengeong seperti unta. sangat bising dan memekakkan telinga
"rena !" bentak camui
"kamu kenapa sih, kok ketus ?" tanya hazu heran karena rena tidak pernah mengeluarkan kalimat-kalimat yang tajam selama ini
"aku sudah lelah, hazu !" balas rena
"apa maksudmu ?" tanya yuta sambil terisak-isak
"aku lelah ! kalau kau mencintai kai, maka tembak dia tapi kalau tidak, teruskan hubunganmu dengan aoi !" bentak rena ke yuta
"ta-ta-ta-*ng-rap*tapi aku mendeng---"
"persetan dengan itu yuta ! masa bodoh dengan dentangan ke-4, ke-5, ke-8 atau bahkan jam bodoh itu berdentang terus" rena terus saja menyudutkan yuta, "jam itu sudah berhenti berdentang, yuta. apa karena jam itu sesekali berdentang kau mempercayai legenda itu ?? bukankah awalnya kau juga tidak percaya sampai aoi menembakmu ??"
kalimat rena membuat yuta manangis semakin menjadi
"rena, tenangkan dirimu" camui mencoba menenangkan rena yang tampak kacau sedangkan hazu menenangkan yuta yang menangis
arisa menatap tidak percaya terhadap apa yang dilihatnya sekarang ini. konflik. hal yang sangat ia hindari dan tidak ingin terulang lagi
"aku takut, camui" kata rena tiba-tiba
"ke---"
"aku takut karena dentangan bodoh itu, inaru menyukaiku tidak sepenuhnya. aku takut dia melakukannya karena ia mendengar dentangan keempat-bersama-ku" rena pun segera mengeluarkan butir-butir air mata namun ia mencoba mencegahnya
perkataan rena cukup menghujam teman-temannya yang lain
"yuta, kalau kau mencintai kai, kejar saja dia dan katakan 'tidak' pada aoi. karena mungkin aku mengerti perasaan, si piercing bodoh itu" lanjut rena, "aku pulang duluan, minna. sudah hampir malam, sampai ketemu besok" ia menenteng tasnya dan pergi meninggalkan semuanya
===
"huaaa, bodoh tenan, aku" rena mengutuki dirinya sendiri. ia masih tidak percaya terhadap apa yang ia perbuat kepada keempat temannya itu.
"aku harus segera meminta maaf kepada yang lain" rena mengeluarkan ponsel dari kantung tasnya tapi ia mengurungkan niatnya
"...inaru..."
"rena...sedang apa kau ?" tanya inaru, wajahnya pucat
"inaru-kun, siapa dia ?" terdengar suara seorang gadis dan ia muncul dari belakang tubuh inaru
'dia kan perempuan yang waktu itu' batin rena
JENG
JENG
JENG
JENG
JENG
*yoooooo bersambung deh*
udeh cukup panjang belon ? udah ada konflik belon ? kenikmatan buat saya dan ketidakpuasan ditanggung pembaca yaaaaa, ciao
yap, next authorrraaaaaawrrr~
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar