Minggu, 28 November 2010

Fic - "fans? (I don’t care)" Oneshoot

Title : fans? (I don’t care)

Chapter : Oneshoot

Author : Yuta ‘uke’ Yutaka

Beta : no one

Genre : of course GAJE..

Rating : PG-13

Disclaimer : I own this story. Yeah~ poor me. Just the story line :P

Pairing : I think, no pairing here

Warning : OOC, unbetaed, misstype, GAJE

A/N : I dunno why I wrote this fiction. Hope you like it

Enjoy~


■□■□■□■□■□■□■□■□■□■□■□■□■□■□■□■□■□■□■□■□



Hari ini hari minggu, musim gugur di luar sana membuat kota Tokyo berwarna jingga yang indah *author sotoy*. Pukul sudah menunjukan waktu 9 malam. Dimana orang-orang di gedung PSC sudah pulang. Hari ini seharusnya the GazettE latihan tanpa henti(?) namun, Uruha belum juga menampakan batang hidungnya.

“Uruha kok belum datang juga sih? Dia kemana??” omel Aoi kesal.

“baru aku mau bertanya pada mu!” jawab Reita

“aku juga baru saja ingin bertanya padamu!” Ruki mengacungkan tangan dan segera menunjuk-nunjuk Aoi

“memangnya aku pacarnya?!” Aoi melotot. Ruki dan Reita malah tertawa

“sudah. Sudah. Biar aku saja yang mencari Uru.” Celetuk Kai

“kau?” Aoi agak tidak yakin

“diam dan katakan ‘baik’ atau ingin ku hadiahi stik drum di setiap lubang kalian??”

“baik Leader-san!!” ketiga bandmatenya menjawab serempak sembari berkeringat

■□■□■□■□■□■□■□■□■□■□■□■□■□■□■□■□■□■□■□■□

“Uruuuuuuuuuuuuuuuuu!!!” Kai berteriak-teriak mencari Uruha di koridor gedung. Namun hasilnya nihil. “URUUUUUUU!!!!” ia mencoba sekali lagi dan nihil. “Ur— hmppff?!” Kai kaget ketika mulutnya di tutup oleh sebuah tangan. “Uru?!” dan ia lebih kaget lagi ketika mengetahui yang membekapnya tadi adalah Uruha.

“ssst!!” Uruha berpose dengan jari telunjuknya ia taruh di depan bibir

“sedang apa kau?” Tanya Kai heran

“aku sedang mencari dimana staff menyembunyikan pemberian fans” Uruha sibuk celingak-celinguk mencari ruangan mencurigakan. Uruha menjawab dengan serius. Kai mencerna lebih dulu lalu terkekeh kecil. “apa?!?!” jawab Uruha kesal.

“aku kira kau sedang apa, tahunya sedang mencari sesuatu yang tak berguna seperti itu” ejek Kai.

“heh! Tidak sopan!! Jadi kau mau ikut atau tidak? Kalau tidak ya sudah sana kembali ke studio!” usir Uru dan segera pergi menjauhi Leadernya yang masih berpikir itu. Setelahnya Kai pun memutuskan untuk ikut.

“aku ikut!”

■□■□■□■□■□■□■□■□■□■□■□■□■□■□■□■□■□■□■□■□

=di studio=

“sekarang Kai yang hilang!!” omel Aoi (lagi)

“mungkin pacaran dengan Uru..” celetuk Reita asal.

“EH?!?!”

“reaksi mu berlebihan ah” Ruki mengacungkan tangan

“aku akan mencari keduanya!” Aoi segera bangkit dari peristirahatannya

Sebelum sempat di komentari macam-macam oleh kedua bandmatenya itu, Aoi sudah hilang dari studio, mencari Kai dan Uruha. Tinggallah Reita dan Ruki saja di studio. Keduanya saling berpandangan.

“reaksi Aoi di luar dugaan” Ruki terkikik

“biar saja”

“kau jahat Rei..”

“lebih tepatnya kita!” ucap Reita bangga, dan mulai menimang-nimang Bass kesayangannya.

■□■□■□■□■□■□■□■□■□■□■□■□■□■□■□■□■□■□■□■□

=kembali ke Uruha dan Kai=

Gitaris dan drummer the GazettE itu berjalan pelan menelusuri koridor gedung yang panjang. Suasana yang sepi dan mulai dingin membuat kesan gedung itu menjadi horor. Padahal sehari-hari isinya adalah para bishie empuk. Yah, maklum. Ini sudah menunjukan pukul 10 malam. Dan memang hari minggu ini the GazettE lembur(??)

“Kai!”

“apa?” jawab Kai agak malas

“ruangan ini mencurigakan!” jelas Uru sembari menunjuk ke sebuah ruangan kecil di pojok koridor.

“benar juga” kata Kai. Ia pun mendekati Uruha dan mengisyaratkan Uru untuk mundur. “eghh—terkunci”

“eh? Masa?” Uruha kembali

“kau coba saja” Kai mundur beberapa langkah, memberikan ruang untuk Uruha. “benar kan?” ia kembali bersuara ketika melihat Uruha kesulitan.

“aku punya cara sendiri..” Dan setelah mengatakan kalimat itu, sebuah bunyi ‘klik’ terdengar. Ternyta Uruha berhasil membuka pintu yang tadi masih terkunci. Yah— dalam hitungan menit. “jangan tanyakan pada ku bagaimana caranya, ayo masuk” Uruha terlihat senang

“…..” Kai masih terdiam dan mengikuti pria cantik itu masuk. Matanya sibuk menerka-nerka apa yang ada di dalam ruangan tersebut. Seketika itu juga matanya menyipit saat cahaya menyeruak masuk memenuhi ruangan saat Uruha menghidupkan lampu. Setelahnya, kedua pria tampan itu terbelalak kaget melihat isi ruangan yang penuh dengan barang-barang. Amplop, kotak, benda seperti kado, semuanya lengkap disini.

“uwaaa.. aku yakin semua ini datang dari penggemar!” Uruha menyambar beberapa tumpukan kotak berwarna-warni seperti tak sabar setelah melihat benda-benda di sekelilingnya.

Kai memandang Uruha lalu menghela nafas. Ia berjalan pelan mengitari tumpukan—yang Uruha yakini—adalah pemberian dari penggemar.

For Ruki, for Reita, for Aoi

Tulisan-tulisan itu ia jumpai di kotak, maupun amplop. Dan matanya terhenti di sepasang stik drum berwarna coklat. Kai tersenyum mengejek sebelum ia mendekat (lebih tepatnya berjongkok) untuk mengambil sepasang stik drum tersebut.

“BEBEK!!!” suara berat Uruha membuat pria berambut coklat kemerahan itu terkaget. “lihat! Aku dapat boneka ini dari fans!” Uruha memamerkan boneka bebek berwarna kuning yang besarnya sepelukan manusia dengan senang. Kai tersenyum datar. “oh, aku juga menemukan surat ini untuk mu” Uruha melemparkan sebuah amplop coklat yang agak berisi ke arah Kai. Refleks Kai menangkapnya, dan membukanya setelah memerhatikan amplop coklat yang ia yakini pengirimnya bukan berasal dari Jepang.

“kalung gading hitam?” gumamnya

“lucu!!” kini Uruha sudah berada di samping Kai. “ada gantungan gajahnya juga” Uruha menambahkan, sedang Kai sibuk memerhatikan surat tersebut. “suratnya di baca dong, Kai..”

“tidak perlu” jawab pria itu dingin lalu pergi ke arah sepasang stik drum yang tadi ia lihat.

“lho? Kenapa?” Tanya Uruha heran. Namun nihil. Kai tidak menggubris pertanyaan Uru tadi. “bhuuu ya sudah. Aku saja yang baca”

Kai tidak memerdulikan Uruha yang sibuk membaca surat untuknya tadi. Ia kembali asik memerhatikan stik drum lusuh tersebut, lagi-lagi ia terkekeh dengan nada seperti merendahkan. Sebelum akhirnya tanpa sengaja Kai menemukan nama di setiap stik. ‘pasti nama pengirimnya’

“K-Kai..” Kai menghentikan aktivitasnya memandangi stik drum—yang tidak lebih mahal dan mewah—dari miliknya. Kini matanya tengah menangkap sosok Uruha yang berwajah aneh.

“apa?”

“sebaiknya kau baca surat ini..”

“sudah ku katakan tidak perlu”

“tapi— kau harus membacanya. Aku memang tak mengerti bahasa inggris, namun aku tahu isi dari su—”

“ck! Lebih tepat lagi jika kau mengatakan sebaiknya kita pergi dari ruangan ini sebelum Aoi mengamuk di studio!” dengan cepat drummer the GazettE tersebut menyambar 5 lembar surat yang masih rapi dan amplop coklat yang Uruha pegang. Uruha tahu benar Leadernya itu sedang mengalihkan pembicaraan. Kai memasukan 5 lembar kertas surat tadi ke dalam amplopnya semula, saat itu juga ia dan Uru ‘tak sengaja melihat foto seseorang yang memang di kaitkan dengan paperclip. ‘Tak menggubris apa yang ia dan Uruha lihat, dengan segera Kai memasukan kembali kalung gading hitam dan gantungan gajah berwarna putih dengan manik-manik hijau merah tadi ke dalamnya. “dimana kau mengambil benda ini tadi?”

“disana” Uruha menunjuk pojok ruangan dengan telunjuknya

“ok” tanpa komando dan mendengarkan ocehan Uruha lagi, Kai segera menaruh amplop coklat tersebut. Menghela nafas yang lumayan panjang, ia pun berjalan keluar ruangan disusul oleh Uruha di belakang. Kai terhenti saat melihat gitarisnya itu. “kau mau membawanya?” Tanya Kai sembari menunjuk boneka tadi.

“akan ku taruh di kamar”

“ohh..”

■□■□■□■□■□■□■□■□■□■□■□■□■□■□■□■□■□■□■□■□

=koridor=

“mereka kemana sih?! Kai juga hilang!” Aoi mengomel-omel sendiri seperti orang aneh di koridor.

“aku tahu siapa pengirim surat tadi.. mau ku beritahu?”

“sudah ku bilang tidak perlu” Kai membuang mukanya

“AHH!!! KETEMUUUUUUU!!!!!!!!!!!” Aoi berteriak gaje saat melihat ‘buruannya’ di temukan

Uruha dan Kai yang sejak tadi beratmosfir serius kini mendadak hancur menjadi swt karena melihat Aoi yang tidak jelas. =. .= *author: “lho? Ada muka saya”*

“apa sih? Berisik!” Uruha protes

“Uruha, kau kemana saja?!?! Sudah tahu kan hari ini kita latihan penuh? Kau malah menghilang! Dan kau Kai, kenapa malah ikutan menghilang? Bukannya langsung saja menyeret dia ke studio! Kemana saja kalian tadi??” Aoi bertanya dengan penuh nafsu. Ia tak menyadari wajah Uruha yang BT (Birahi Tinggi) *plaak* karenanya.

“gomen” Kai hanya nyengir gaje. Sedang Uru, ahh—!! Uruha malah cuek meninggalkan Aoi dan Kai begitu saja.

“eh? Oii!! Uru!!” terus berjalan, Uruha menganggap panggilan-panggilan Aoi atas namanya itu hanya sebuah suara dengungan nyamuk.

“sabar ya!” Kai menepuk-nepuk pundak Aoi ketika ia menyadari sahabatnya itu mematung—dengan wajah memelas dan tangan kanan yang kedepan seperti sedang berusaha menggapai sesuatu—karena tingkah Uruha tadi. Dan karena itu jugalah, Kai harus repot-repot menyeret Aoi ke studio

■□■□■□■□■□■□■□■□■□■□■□■□■□■□■□■□■□■□■□■□

=di studio=

Uruha yang sedang kesal mendobrak pintu studio dan membuat kedua bandmatenya yang sedang melamun itu tersedak.

“dasar berisik!!” protes Uru

“kau kenapa??” Ruki yang memucat karena kaget memandang Uruha dengan tatapan bengis.

“kami bahkan tidak menyuarakan apapun!” protes Reita.

“tuh!” tanpa melihat kebelakang, Uruha menunjuk seorang pria berambut hitam legam yang sedang di seret oleh Leadernya itu.

“ohh!” Ruki mengangguk tanda mengerti.

“dia itu mengkhawatirkan mu tahu!” tambah Reita. Uruha yang mendengar kata ‘mengkhawatirkan’ mendadak merah.

“yah, setidaknya aku sudah, euhh— menemukan uaah— Uru kan?” Kai berkata dengan susah payah sembari mendudukan Aoi di sofa. Ketiga sahabatnya sedikit swt melihat perubahan wajah Kai yang sangat drastis.

“kalau begitu sekarang latihaaaaaaaaaaaaaaaaaaaan!!!!” teriak Aoi yang mendadak kembali normal, kemudian di sambut dengan satu pukulan hangat di kepalanya (pukulan Kai).

“malas~” Uruha bersiul gaje. “ahh!! Lihat-lihat! Aku dapat boneka!” dengan begitu bersemangat—yang lagi-lagi tidak memerdulikan Aoi—Uruha menunjukan boneka bebeknya yang berwarna kuning lusuh tersebut ke Reita dan Ruki

“dari mana kau mendapatkan boneka lusuh itu?” Reita mengerutkan dahi

“euh, itu— err— itu dari—”

“tempat sampah di dekat lift utama.” Seperti mengerti kebingungan Uruha dalam mengarang tempat yang ‘waras’ untuk ia berbohong, Kai segera menyeletuk asal. Uruha pun menghela nafas lega

“hah? Tempat sampah? Oh— jadi sekarang Queen Uruha berganti hobi mengumpulkan sampah?” Ruki mencibir kesal

“diam kau mr.perfect! aku punya alasan tersendiri mengambil boneka ini!” Uruha yang tidak mau kalah menjulurkan lidahnya. Ruki pun mengikuti Uruha.

“sudah, sudah” Kai berusaha melerai pertengkaran tak berarti itu.

“a—anoo” Aoi yang merasa terabaikan akhirnya membuka mulut kembali

“latihan? Aku malas” komentar Kai dan Uruha bersamaan. Keduanya pun saling pandang dan tertawa bersama.

“kalian sudah hilang lalu sekarang tidak mau latihan?!?!” lagi-lagi Aoi mengomel

“sudahlah Aoi, daripada kau cepat mati dengan mengomel terus, lebih baik kita bertiga saja yang berlatih. Biar mereka memerhatikan permainan kita dulu” papar Reita panjang lebar, berusaha menghibur Aoi yang kerjanya mengomel terus sepanjang hari ini. Ia takut gitaris—childish—nya itu terkena darah tinggi.

“ok! Aku menyerah!” Aoi menundukan kepalanya tanda mengerti.

“bagus!” Uruha tersenyum manis sekali. Membuat Aoi menjadi semakin salah tingkah. Ia berjalan ke drum set Kai dan memetik cymbalnya.

“biarkan saja~ aku tidak peduli~” Kai bersenandung tidak jelas. Ia pun segera mendudukan tubuhnya di atas sofa berwarna merah marun yang nyaman dimana tadi ia menaruh Aoi disitu. Melihat Leadernya bersantai, Uruha pun mengikuti. Uruha memerhatikan wajah Kai dengan seksama. Ia melihat mata Kai yang tegas tengah mengamati perkembangan Aoi *author: “berasa Aoi itu anaknya Kai”*

“Kai..”

“hmm?” Kai hanya sibuk ber—hmm—ria saat Uruha memanggilnya

“aku masih memikirkan surat tadi” jelas Uru agak canggung

“oee? Masih?” Kai akhirnya menoleh, ia melihat raut wajah Uruha. “tenanglah, mereka memang seperti itu. Aku sudah mendapatkan banyak sekali surat yang seperti kau baca tadi. Oleh karena itu aku tidak peduli” Kai memijat-mijat tengkuk belakangnya dengan tangan kanannya.

“dapat banyak sekali?”

“puluhan”

“isinya seperti itu?” tanya Uruha penasaran. Kai mengangguk.

“maka dari itu aku malas” tambah pria berlesung pipi tersebut.

“aku jadi kasihan pada mereka..”

“apa?! Sudahlah Uru, mereka tidak penting untuk di bahas di luar ‘aktivitas’ kita”

Uruha kembali terdiam ketika Leadernya mengatakan hal itu. Ya memang. Fans hanya termasuk bagian dari ‘itu’.

“Kai”

“apalagi?”

“nama pengirimnya—”

‘sudah ku katakan kalau aku tidak peduli! Kau tuli ya?!?!’  hampir saja terlontar dari mulut Kai jika ia tidak melihat raut wajah Uruha yang semakin melas. Mendengus kesal, akhirnya Kai menyerah juga “siapa namanya?”

Uruha yang senang segera mendekatkan diri ke Kai. Aoi yang melihat pemandangan itu semakin tidak konsen dengan permainan gitarnya (kali ini sudah benar ia memetik gitar). Uruha mendekatkan bibirnya ke telinga Kai

“namanya…..”

NGIIIIIIIIIIIIIIIIIIING!!!!

“huwaaaaaaaaaaaa~!!!!!!!!”

Ke’empat member tadi refleks menutup telinganya saat Aoi membunyikan alunan musik indah yang mampu membuat ia di amuk massa. Lagi-lagi Uruha menunjukan raut wajah kesal. Ia bangkit dan berjalan ke arah pintu studio.

“Uru!!” Aoi memanggil Uru

“dasar orang tua berisik!” Uruha mendelik dan sedetik kemudian ia pun menghilang dari studio meninggalkan sosok Aoi yang kembali mematung (kini di pojokan)

Kai yang sudah tidak menutup telinganya lagi menengadahkan kepalanya ke atas. Berusaha mengingat nama seseorang yang baru saja Uruha bisikan. Ia berusaha mengingat karena ia yakin nama itu cukup familiar di telinga, maupun matanya. Ya. Kai merasa ia pernah membaca nama itu sebelumnya. Maka ia mencoba mengingat.

Mengingat.

Mengingat.

.

.

.

.

“AHH!!!! Yang di stik drum!!” kali ini giliran Kai yang berteriak tidak jelas. Membuat Reituki kembali tersedak.

“apa sih? Hari ini Kai dan Uruha aneh!” Ruki mencibir

“entahlah, sepertinya telah terjadi sesuatu” Reita menggedikan bahu

Dan Aoi, ia masih mematung dengan hati hancur berkeping-keping di sudut studio.

■□■□■□■□■□■□■□■□■□■□■□■□■□■□■□■□■□■□■□■□

OWARI

A/N : mbuakakakaka.. fic macam apa ini?? XDDD . jelek banget! Lol ,, yah, saya hanya iseng. Lebih tepatnya dapat ilham ketika saya kebanyakan membaca kata ‘fans’ , ‘surat’ , ‘hadiah’ , dan ‘tidak penting’. Lalu membuat cerita ini deh. Ini cerita ketikan yang kedua T^T . yang pertama TIDAK SENGAJA ke delete. TToTT jadi, karena saya pikun, saya ngetik yang kedua ini dengan naluri. Tapi, isinya sama kok :P . sekali lagi, entahlah mengapa saya dapat menulis cerita dengan kalimat amburadul begini. DX padahal biasanya saya ingin fic saya menggunakan bahasa tinggi (ex. Gedung, langit, guunung *plaak!!*). Nyah, okai! Dah minna~ XDD

Tidak ada komentar:

Posting Komentar